Sabtu, 08 Oktober 2022

Teman Bahagia

 


  Mengenalmu adalah sebuah kejutan yang sangat indah bagiku. Sedangkan melupakanmu adalah pilihan terberat untukku, namun aku harus bisa dan kuat melakukannya. Terimakasih untuk segalanya dan maaf untuk semuanya. Kehadiranmu cukup memberi banyak pelajaran dalam hidupku sehingga aku berharap seseorang sepertimu tidak datang dua kali. 

    1.080 hari kau telah berhasil membuatku menjadi diri sendiri tanpa harus bersandiwara sebagai orang lain, selama itu pula aku menganggapmu rumah. Ternyata tidak, aku salah. Kau hanya tempat berteduh dikala hujan deras dan tempat berpegang kuat dikala angin bertiup kencang. Jika aku bisa memprediksi masa yang akan datang, aku tak akan pernah ingin mengenalmu. Tapi Allah percaya aku kuat menghadapi semuanya. 

    Ketika keadaan memaksaku untuk membencimu, aku tidak pernah bisa lupa bahwa kau adalah salah satu faktor yang membuatku bisa menjadi seperti sekarang. Menjadi gadis yang kuat dan tangguh. Bagaimana pun juga kau pernah menjadi penyemangat yang mengulurkan tangan sembari membantuku bangkit setelah terjatuh dan menyerah. Sekarang aku mengerti apa alasan Allah mengirimkanmu untukku, Allah percaya kau mampu menjadi medium untuk menghantarkanku ke fase dan versi yang lebih baik. 

    Sampai akhirnya waktu itu t'lah tiba, Allah memberitahu bahwa tugasmu sudah selesai. Aku berhasil mencapai garis yang telah ditentukan dan bisa melanjutkannya sendirian. Begitu pula denganku, Allah memintaku untuk berhenti mengharapkanmu. Ia menghadirkan sosok yang mengharuskan aku untuk berhenti berjuang. Alur cerita yang sangat indah. Aku pun tak pernah menerka-nerka sebelumnya.

    Kau menggores luka dengan cara yang sangat hebat. Luka ini bak sebuah lukisan antik yang sulit dilihat kalangan umum karena terletak di dalam museum dengan penjagaan dan keamanan ketat. Ntah siapakah yang akan berani menyelinap masuk dan menyembuhkannya. Kau juga berhasil menciptakan sindrom trauma yang sulit ditaklukkan bahkan oleh diriku sendiri. Semoga trauma ini menjadi stimulus kuat bagiku untuk mempersiapkan antisipasi yang lebih matang lagi. 

    Aku berharap kehadirannya bisa membuatmu jauh lebih bahagia. Dulu ketika hendak pergi ke tempat jauh, kau menitipkanku pada orang lain untuk menjaga dan membahagiakanku. Namun sekarang giliranku, aku menitipkanmu padanya selamanya. Tolong jangan sakiti dia seperti kau menyakitiku, aku yakin ia bisa menjadi seseorang yang lebih baik dariku. Oh iya sepertinya kau tidak menyakitiku tetapi aku saja yang terlalu merasa tersakiti. Bahagiakanlah ia (istri) dan anak-anakmu kelak, jangan pernah mencoba untuk membohongi mereka dengan segudang janji dan perkataan manis seperti yang kau lakukan padaku. Mereka tak pantas mendapatkannya. Jika aku berkesempatan untuk bertemu anakmu nanti aku ingin berkata "kamu beruntung, mendapatkan sosok ayah sepertinya".  

     Walaupun sekarang aku berada di belahan bumi yang sama denganmu, harapan terbesarku adalah untuk tidak akan pernah bertemu denganmu. Sungguh. Aku tak ingin. Selesaikanlah kewajibanmu dalam menuntut ilmu dan segera perkenalkan dia dengan orang tuamu. Kemudian nikahi dia dengan cara yang sah secara agama dan negara. Mengapa aku berkata demikian? Karena aku perempuan, aku juga merasakan bagaimana jika aku yang berada dalam posisinya sekarang. Indonesia dan Turki bukanlah dua negara yang berjarak dekat, komunikasi hanya melalui gadget juga tidak menjamin ikatan pernikahan yang hanya diikrarkan dengan saksi keluarga sebelah pihak. Semoga Allah selalu memudahkan prosesmu. 

    Terimakasih sudah menjadi teman bahagia untukku. Itulah fungsinya teman, bukan? Untuk saling membahagiakan satu sama lain. Aku merasa sangat beruntung pernah mengenalmu. Iya, kamu. 


With me, for you (anonymous)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Kmu bhagia???

Iga Mawarni mengatakan...

Definisi bahagia itu banyak, bisa mengenal seseorang yang memberikan pelajaran terbesar juga mengandung unsur kebahagiaan tersendiri tapi kali ini bahagianya mengingatkan kita untuk makin bersyukur bukannya menjadi manusia yang kufur.

Jaman sekarang masih jomblo, apa kata dunia?

           "ah, masa sih gada yang deketin lu", "gamungkin lu gapunya pacar, gapercaya gue", "jangan-jangan lu udah...