Senin, 19 September 2022

Kampung Halaman

 



    Sudah hampir 2 dekade tempat ini menjadi tujuan kembali selepas berkunjung ataupun menginjakkan kaki di tanah asing dan mungkin akan selalu begitu saat ini hingga selamanya. Beberapa sajak kata ini kutuliskan seminggu sebelum benar-benar pergi meninggalkannya, euforia seketika berubah menjadi perasaan cemas dan sedih. Apakah aku akan merindukannya? Ya, tempat pertama kali aku melihat dunia. 

     Akhirnya gadis yang selama ini hanya sibuk bergulat dengan fikirannya merasakan kesedihan yang amat mendalam seperti sedang dikhianati oleh seorang kekasih. Dirinya dilanda badai kegusaran dan kekecewaan setelah mendengar salah satu kerabatnya berkata : "makin gede kok makin jauh sih sekolahnya". Ini bukan hasratnya semata namun semuanya sudah diatur oleh yang lebih berkehendak, ia hanya mengikuti alur dan memainkan peran sebaik mungkin. Sedih? Jangan ditanya lagi, bahkan air matanya bisa membanjiri permukiman penduduk yang sedang kau tinggali sekarang.

    Pelukan seorang ibu yang berlinang air mata selepas shalat isya berjamaah membuatku tak kuasa membendung perasaan sedih ini, apalagi ketika ibu membisikkan "doakan mama nak agar bisa ikhlas untuk melepasmu pergi jauh menuntut ilmu di negeri orang". Setelah kejadian tersebut aku benar-benar melihat bahwa tepat di hadapanku saat ini berdiri tegak sebuah tanda tanya raksasa yang sedang menatapku remeh seraya berkata "apakah kau sanggup?". Pertanyaan itu tentu tertuju pada gadis kecil manja nan cengeng yang sampai tamat pesantren pun selalu mengeluhkan hal-hal kecil pada kedua orang tuanya. Tak pernah memikirkan jika keadaan sedang memaksanya menjadi dewasa.  Sudah seharusnya ia menyadari bahwa tidak selamanya asumsi hidup itu hanya tentang bagaimana bisa bahagia dan bersenang-senang. Tetapi sedih, galau dan cemas akan menjadi bumbu kehidupan yang tidak bisa dipungkiri bahkan dihindari. Aku akan menghadapi semuanya sendirian bahkan di tempat yang sama sekali tak pernah aku kunjungi sebelumnya. 

    Aku yakin dan percaya namun perasaan takut itu terus menakutiku sehingga aku takut untuk menghadapi ketakutan tersebut. Aku tak bisa membiarkannya mengambil kendali atas fikiran dan tindakanku. Aku harus tetap maju dan melangkah, semua keputusan yang telah aku pilih harus aku terima resikonya baik atau buruk sekalipun. Ini adalah waktunya berubah tapi bukan untuk menjadi Power Rangers, arah dan langkah diriku hanya aku yang bisa menentukan. "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya" adalah semboyan kuat yang aku junjung tinggi saat ini. Aku harus yakin dan percaya itu. 

    Bapak, Mama doakan iga yaa semoga bisa jadi anak sholehah yang membanggakan bapak dan mama bahkan nusa, bangsa, negara sekalian. Selalu dekatkan aku dengan orang-orang baik ya Allah agar aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aamiin. Sepertinya hari ini akan masuk ke daftar list "Hari Paling Galau" untukku karena just counting the days, tinggal menghitung hari sebelum pergi menuai banyak pelajaran dan pengalaman baru di negeri asing. Selamat tinggal kampung halaman ku, semoga aku bisa kembali dan membawa banyak manfaat untuk kemajuan dan perkembanganmu. Aku pasti akan merindukan mu dan orang-orang tersayang ku. See you💞


With me, Iga Mawarni. 
Di Kendari Sulawesi Tenggara Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Jaman sekarang masih jomblo, apa kata dunia?

           "ah, masa sih gada yang deketin lu", "gamungkin lu gapunya pacar, gapercaya gue", "jangan-jangan lu udah...