Sabtu, 08 Oktober 2022

Mengapa memilih TURKI ?

 


Assalamu'alaikum teman-teman, apa kabar? Semoga aku dan kalian selalu dalam keadaan sehat dan bahagia yaa. Langsung aja yuk, jadi selama aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di negara yang terletak pada 2 benua sekaligus ini seketika pula banyak pertanyaan menghampiriku, tidak dari teman maupun kerabat. Sebenarnya apa alasan memilih negara ini sebagai opsi tempat untuk menuntut ilmu? Jawaban pasti yang bisa ku jawab hanyalah "semuanya sudah takdir dan Allah yang menakdirkannya". 

Tapi kalau aku yang bertanya dan menerima jawaban tersebut, dengan spontan aku akan merasa tidak puas. Karena logisnya segala sesuatu yang terjadi sudah pasti karena takdir dan kehendak-Nya. Iya atau iya? 

Honestly, aku bercita-cita untuk bersekolah di luar negeri itu semenjak masuk pesantren di tahun 2015 akhir. Soalnya pesantren ku selalu dikunjungi oleh orang-orang hebat yang memiliki latar belakang pernah melalang buana ke banyak negara. Contohnya seperti Ustadz Prof. Dr. K.H Hamid Fahmi Zarkasyi M.A.Ed M.Phil, Ustadz Heppy Chandra dan masih banyak lagi. Simposium atau seminar yang diisi oleh beliau semua banyak memotivasi ku, sehingga aku tiba-tiba berubah drastis menjadi seorang gadis dengan ambisi yang tinggi. Sampai tiba suatu waktu ketika hendak membeli buku tulis di setiap tahun ajaran baru, aku selalu memilih buku dengan cover bergambar monumen mancanegara seperti Haghia Sophia, menara Big Ben, menara Eiffel, atau Piramida Mesir. Berharap usaha kecil tersebut bisa membuatku semakin semangat belajar dan mengingatkanku untuk tidak lupa selalu membacakannya shalawat. 

Setelah kelulusan tiba, aku pulang berlibur ke rumah sembari mendiskusikan rencana sekolah selanjutnya pada kedua orang tuaku. Mama dan bapak berkeinginan aku melanjutkan kuliah ke Mesir, karena kakak belum bisa menunaikan cita-cita almarhum kakek yang ingin salah satu dari cucunya melanjutkan pendidikan ke Mesir. Tapi ternyata Allah berkata lain. Mesir tidak ditakdirkan untukku. 

Singkat cerita, ketika seorang santri/santriwati Gontor telah menyandang gelar alumni, tidak mudah baginya untuk mendapatkan ijazah. Ijazah dapat diterima setelah berhasil menyelesaikan pengabdian yang memakan waktu 1 tahun. Nah, selama masa pengabdian itu aku menghabiskan waktu ku untuk menggalaukan dirinya yang jauh disana. Eh salah salah. Maksudnya aku menghabiskan waktu ku untuk banyak menggali informasi seputar study abroad (sekolah di luar negri). Kala itu, aku masih sangat terobsesi untuk berkuliah di Universitas Al-Azhar Mesir tetapi aku juga menyiapkan opsi lain dari Mesir. Ironisnya Turki tidak masuk dalam opsi tersebut. Hebat bukan? Rencana Allah memang yang terbaik. 

Setelah pengabdian kelar, aku memutuskan untuk tidak langsung pulang ke Sulawesi. Tetapi mampir ke pare dulu bareng temen-temen yang mau ikut bimbingan atau pembekalan sebelum mengikuti tes ujian kemenag Universitas Al-Azhar Mesir. Sedihnya, bimbingan itu lanjut setelah seminggu usai lebaran. Dengan berat hati aku memilih untuk tidak pulang lagi kerumah merayakan lebaran Idul Fitri bersama keluarga. Aku melaksanakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga besar mama di Sragen, Jawa Timur. Sekarang baru ingat kalau ternyata terakhir ngerayain lebaran Idul Fitri di rumah itu 2 tahun yang lalu dan mungkin akan merayakannya lagi 4 tahun kemudian setelah wisuda Sarjana. 

Lanjuutt, ternyata setelah bimbingan 2 bulan itu pihak kemenag tak kunjung memberi kabar ihwal tes tersebut. Aku masih setia menunggunya seraya mencoba opsi lain. Oh iya sebelum itu aku pernah mencoba mengikuti tes beasiswa kuliah di Al-Azhar lewat jalur kedubes Mesir, tapi belum rezeki. Aku juga pernah nyoba ikut tes beasiswa kemenag Maroko, tes beasiswa Universitas Al-Qasimia Dubai, dan pemberkasan Universitas Islam Internasional Pakistan. Setelah beberapa kali gagal, aku sempet nangis dan rasanya ingin nyerah. Nyampe pernah juga update status, alay banget ya wkwk. Sampai akhirnya orang tua menganjurkan untuk nyoba Turki aja, waktu itu aku masih mau nyoba pakistan tapi ada beberapa pilihan berat antara keduanya. Ternyata sesulit ini ya menentukan pilihan untuk masa depan, padahal baru negara tempat untuk berkuliah lho. Gimana kalau milih jodoh yaa ntar. Chuaakkss.

Kemudian orang tua memberikan waktu untuk memantapkan hati dan mengambil pertimbangan yang baik antara Pakistan atau Turki. Secara tidak langsung, aku pun harus mengikhlaskan Mesir yang tidak kunjung memberikan kepastian. Malam-malam itu ku lewati hanya dengan merenungkan kedua negara tersebut. Hingga akhirnya banyak lembaga mengadakan seminar informasi seputar negara Turki, semenjak itu aku menjadi sangat sibuk berpartisipasi sebagai anggota seminar online. Pasti ada aja seminar tiap hari. Tapi jangan salah, dari banyak seminar tersebut aku banyak medapatkan informasi dan juga  insight baru. Contohnya seperti : 

1. Turki adalah negara yang kaya akan Sejarah Peradaban Islamnya.

2. Perguruan Tinggi Turki menggunakan sistem pembelajaran berstandar Eropa, yang dimana sistem perkuliahannya memang beda dengan Indonesia ataupun negara Timur Tengah. 

3. Pelajar di Turki mendapat potongan biaya sebesar 30% untuk transportasi umum. 

4. Di Turki juga terdapat banyak tempat tinggal yang mudah diakses mahasiswa internasional seperti asrama atau apartemen. 

5. Pemerintah Turki juga memberikan subsidi kepada mahasiswa berupa makan siang di kampus, dari seminar infonya sih kisaran Rp.8000 sekali makan. Tapi kalau di kampusku cuma 3,75 TL atau kisaran Rp.4000.

6. Perguruan Tinggi Turki juga memberikan peluang besar untuk Study Exchange ke negara Eropa lainnya seperti beasiswa ERASMUS yang ditanggung oleh pemerintah Turki. 

7. Terakhir, kalau perguruan tinggi negeri Turki tidak memiliki uang pangkal untuk perkuliahan. 

Aku tidak menilai hanya dari satu sisi. Setelah mengikuti banyak seminar tentang Turki tersebut. Aku juga mencari banyak informasi mengenai Pakistan. Tetapi setelah meminta petunjuk dan berdoa pada Allah, hatiku lebih condong memilih negara Turki. Yah walaupun ada konsekuensi berat didalamnya dan juga tidak ada rencana yang aku susun jauh sebelumnya. Lalu ketika sudah merasa yakin, aku memberitahu mama dan bapak. Akhirnya segera mengurus pemberkasan dan pemberangkatan. Ada satu hal yang buat aku gamon, 1 bulan sebelum berangkat ke Turki ternyata tes kemenag untuk Mesir buka dan khusus untuk Alumni Gontor bisa lulus menjadi mahasiwa tanpa harus mengikuti tes. Huft, rasanya seperti hendak mendaki gunung dan teriak sekeras-kerasnya. Kejutan apa lagi yang akan kau berikan padaku ya Allah? Semoga hatiku selalu lapang untuk menerimanya. 

Dari peristiwa yang aku alami tersebut, aku mendapat jawaban setelah menadabburi salah satu firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 216 yang berbunyi : 

كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Mungkin akan ada sesuatu yang buruk bagiku jika aku masih bersikeras memaksakan kehendak untuk berkuliah di bumi kinanah tersebut. Untuk bisa menginjakkan kaki di Mesir aku tak hanya perlu menjadi salah satu mahasiswi di negara tersebut. Benar bukan? Semoga Allah memberikanku umur yang panjang dan rezeki yang lancar agar bisa mengunjungi tempat mulia tersebut. Aamiin. 

Mungkin cukup sekian ceritanya. Terimakasih yang sudah mau membaca, semoga membawa manfaat bagi kita semua yaa. Wassalamu'alaikum.


With you, Iga Mawarni. 

2 komentar:

R akbar mengatakan...

Yang bener big ben bukan big bang , izin nimbrung ya .aku ada dua teman dekat yg sudah kuliah lebih dari setahun di al azhar namun saat ini mreka sdh pindah. Saat kutanya secara pribadi alasan mereka pindah. Satu menjawab situasi kondisi belajar disana kurang kondusif termasuk dari kampus sendiri . Contoh mahasiswa dari satu angkatan
Dari satu jurusan itu belajar di hanya satu qoah. Bayangkan kalau temen satu jurusan kita ada ratusan atau bahkan ribuan ,betapa ruwetnya suasana belajar .absensi kelas juga tidak wajib asal ujian lulus .sehingga bnyak cerita yg kita demgar alumni dari sana hanya untuk s1 saja butuh waktu 5-11 tahun untuk menyelesaikannya
Krn ,sebabnya mungkin krn situasi tidak mengakselerasi buat belajar serius
Sehingg banyak asumsi azhari kalau udah jadi,sangat sukses tapi kalau gagal ,gagal sangat

Iga Mawarni mengatakan...

actually, kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh lembaga atau tempat dimana ia mengenyam pendidikan. karena lembaga atau tempat tersebut hanya berperan sebagai medium antara subjek dan objek (manusia dan ilmu pengetahuannya). Sesungguhnya faktor terbesar dalam kesuksesan adalah diri sendiri. subjek itu sendiri. misalkan kita berkuliah di universitas ternama dunia, tetapi kemauan tidak ada. apa bedanya? ingatlah bahwa lembaga atau tempat itu hanya wadah bukan pencetak. semuanya kembali ke diri sendiri. ushiikum wa iyyaya nafsii.

Jaman sekarang masih jomblo, apa kata dunia?

           "ah, masa sih gada yang deketin lu", "gamungkin lu gapunya pacar, gapercaya gue", "jangan-jangan lu udah...