Minggu, 19 Februari 2023

Lekas Sembuh TURKI

 


Pada hari Senin yang bertepatan dengan tanggal 6 Februari 2023, belahan bumi yang masyhur akan berbagai macam keindahan dan keelokannya kini hancur dalam sekejap mata karena diluluh-lantahkan bencana atau musibah yang hakikatnya tidak dapat diketahui oleh manusia manapun. Disaat aku dan teman-teman masih menikmati liburan musim dingin, Allah guncangkan bumi permai ini dengan sekuat-kuatnya guncangan yang tiada hentinya. Malam sebelum kejadian, kami bersepuluh masih tertawa ria bertukar cerita dan tawa satu sama lain. Namun belum sempat menyambut pagi hari yang cerah, kami harus lebih dulu diselimuti dengan perasaan takut dan cemas. 

Pukul 04.20 TRT atau waktu Turki, kami terbangun sigap berkumpul di tengah ruangan seraya menunggu gempa dengan kekuatan 7.8 SR berhenti, agar situasi sedikit menjadi lebih aman dan tenang untuk menyelamatkan diri. Tetapi rumah terus terguncang dan atap-atapnya berjatuhan mengenai aku dan beberapa dari teman-temanku. Dengan terpaksa kami memutuskan untuk berlari keluar dari rumah yang terletak di lantai 3 gedung apartemen tersebut melewati tangga tanpa mengenakan hijab dan juga sandal. Sedangkan di luar salju turun cukup deras, kaki berjalan di atas hamparan es yang seketika membuatnya mati rasa dan tak mampu bertahan tuk berdiri lama. "Tadi pemanas ruangan belum sempat kita matiin ya, takutnya ikut kejatuhan reruntuhan atap dan apinya menjalar membakar barang-barang bahkan rumah kita" jelas Latifah ditengah kepanikan dan jeritan tangis tetangga. Lalu aku, Mutia dan Eva memutuskan untuk kembali ke rumah berniat ingin mematikan pemanas ruangan itu. Ketika baru menginjakkan kaki di dalam rumah dan hendak menyalakan lampu kamar tidur yang mati tiba-tiba gempa susulan sebesar 6.1 SR datang. Dengan spontanitas tinggi, aku memanggil Mutia dan Eva untuk segera berlari keluar rumah. Saat berhasil menapakkan kaki di luar rumah untuk kedua kalinya, ternyata Ulya dan Eva telah mengambil beberapa alas kaki dan tutup kepala seadanya untuk kami gunakan seperti jilbab atau handuk dari jemuran pakaian. 

       Ini kondisi rumahku pasca gempa 

Pukul 08.00 TRT pagi, pusat informasi mengirimkan pesan peringatan terhadap gempa susulan ke semua perangkat komunikasi. Sehingga membuat kami untuk tidak memasuki rumah terlebih dahulu dan memutuskan untuk mengungsi sementara di masjid terdekat dari rumah dengan memakai alas kaki dan tutup kepala seadanya. Sampai pukul 13.00 TRT gempa susulan dengan kekuatan yang sama lagi-lagi datang menambah perasaan takut dan cemas kami. Semua orang yang mengungsi di masjid tersebut ikut menyelamatkan diri menerobos derasnya salju yang turun di luar masjid. Salju putih cantik nan anggun turun beriringan dengan air mata tangisan kekhawatiran kami. Akankah kami mati disini ya Allah? Gumam ku dalam hati sembari menghapus air mata yang enggan berhenti.

Lebih dari 24 jam menetap di dalam masjid tidak membuat perasaan takut dan cemas kami lenyap begitu saja. Karena tekanan gempa masih tetap terasa walaupun kami telah berhasil menyelamatkan diri ke masjid dengan arsitektur dan konstruksi yang terbilang cukup kuat. Tetapi sehari setelah melewati malam yang penuh kegusaran dan kekecewaan tersebut, Bapak Kedubes Turki bersama  pihak KBRI lainnya datang menjemput seluruh mahasiswa/i Indonesia di kota-kota terdampak gempa termasuk kota ku yang hanya memiliki jarak 3 km dari titik pusat gempa dahsyat sepanjang sejarah Turki ini. 6 jam perjalanan Gaziantep-Ankara yang lazim dirasakan setiap musafir atau orang-orang yang bepergian, kini kami harus melalui momen tersebut selama 14 jam karena terjadi banyak kerusakan jalan dan pengalihan jalur transportasi. 

Sesampainya di wisma KBRI Ankara kami disambut dengan hangat oleh relawan-relawan dari PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Ankara dan beberapa kota Turki lainnya. Kami juga dapat merasakan kesedihan dan kegundahan yang begitu besar dari warga Indonesia kota-kota terdampak gempa lainnya, terkadang juga air mata menjadi lantunan syahdu yang menemani keseharian kami selama berada di wisma tersebut. Berbagai macam profesi mulai dari pelajar, pekerja, sampai diaspora pun semuanya turut di evakuasi oleh pihak KBRI. Begitu besar perjuangan dan kepedulian negara tercinta, Indonesia. Seluruh kebutuhan pangan mulai dari makanan, baju, dan tempat tidur telah terpenuhi dan disediakan untuk kami yang sekarang benar-benar tidak memiliki apa-apa.

Saudara-saudari seiman dan seperjuangan, perlu kita ketahui bahwa sangat begitu cepat dan mudah Allah ganti kebahagiaan dengan kesedihan, keindahan dengan kerusakan, kekuatan dengan kelemahan. Semuanya berjalan sesuai kehendak-Nya. Yang tadinya masih tertawa ria kini hanya bisa menangis dan berserah diri penuh rela. Berharap dapat terus berlapang dada dan bersyukur karena tiada peristiwa yang terjadi melainkan untuk menghadirkan sebuah hikmah.  

Dalam hitungan menit Allah guncangkan bumi ini seketika pula terlihat bahwa semua manusia di dunia ini sama. Harta, tahta, kekuatan dan kekuasaan hancur lebur menjadi satu. Seketika rasa takut dan cemas menemani dan menyelimuti jiwa serta perasaan pada malam-malam yang menurut kami sangatlah menakutkan. Air mata mengalir deras melihat dan mendengar kegusaran serta kekecewaan sanak saudara diseberang sana. 

Dari kejadian ini, kami banyak belajar. Belajar untuk lebih mensyukuri segala sesuatu yang kami punya baik dalam bentuk kecil maupun besar. Terutama apa yang masih bisa kami nikmati dan miliki saat ini. Yang sebelumnya kami masih berbaring diatas kasur dan tertidur dengan lelap kini hanya beralaskan seadanya ditempat yg disediakan oleh pihak yang memberikan bantuan, masih memasak makanan sesuka hati kini hanya bisa menerima pemberian belas kasih sesama, masih memilih dan memakai baju dengan berbagai variasi bentuk dan warna kini harus menunggu sumbangan baju dari orang lain dulu. Begitu banyak hal-hal kecil yang belum kami syukuri sebelumnya. 

Musibah ini merupakan teguran sekaligus pemberian berwujud indah dari-Nya, karena dapat meningkatkan kesadaran manusia terhadap rasa syukur dan tawakkal yang patut dipanjatkan. Sebab masih diberikan kesempatan untuk lebih banyak muhasabah diri. 

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ

Musibah ini telah mengambil orang-orang yang dicintai, dan yang masih sehat serta selamat telah diberikan traumatik yang luar biasa. Namun tiada hal lain yang dapat dipetik selain hikmah. Kepergian mengajarkan konsep yang berbunyi bahwa tidak ada yang kekal dan abadi di dunia ini tetapi keselamatan mengajarkan segala sesuatu pasti akan tetap kembali pada pencipta-Nya.

Lekas sembuh Turki, kami padamu. 

Ankara, 19 Februari 2023

Jaman sekarang masih jomblo, apa kata dunia?

           "ah, masa sih gada yang deketin lu", "gamungkin lu gapunya pacar, gapercaya gue", "jangan-jangan lu udah...